• Jumat, 22 September 2023

Mengenal Budaya dan Tradisi Padusan, Ritual Mandi Membersihkan Menyambut Bulan Puasa Ramadhan di Pulau Jawa

- Kamis, 9 Maret 2023 | 21:00 WIB
Tradisi Padusan menyambut puasa Ramadhan di Jawa (Klatenkab.go.id Dicintai.com)
Tradisi Padusan menyambut puasa Ramadhan di Jawa (Klatenkab.go.id Dicintai.com)

Dicintai.com - Apa itu tradisi Padusan di Indonesia yang dilakukan saat menyambut bulan Ramadhan sebelum melakukan puasa?

Padusan adalah ritual tradisional pembersihan dan pemurnian yang telah diwariskan secara turun temurun dalam masyarakat Jawa di Indonesia.

Padusan ini dilakukan sebelum dimulainya Ramadhan, bulan suci puasa bagi umat Islam, dan melibatkan mandi di sumur atau mata air alami untuk memurnikan tubuh dan jiwa.

Baca Juga: Viral! Cuitan Kiky Saputri Berobat Stroke Kuping Sampai ke Luar Negeri, Ternyata Ini Penyebabnya

Padusan dimaksudkan untuk mempersiapkan individu untuk satu bulan puasa dan refleksi spiritual.

Ritual ini awalnya dilakukan sendirian di tempat-tempat yang tenang dan terpencil untuk memfasilitasi refleksi diri dan introspeksi.

Namun, seiring waktu, ritual tersebut telah bergeser, dan orang-orang sekarang berpartisipasi dalam kelompok di lokasi-lokasi populer.

Baca Juga: Rahasia Doa Terkabul dengan Cepat! Inilah 4 Waktu Mustajab yang Harus Diketahui Agar Doa Cepat di Ijabah

Banyak dari lokasi tersebut yang menjadi tempat wisata, dan ritual Padusan telah menjadi komoditas bagi industri pariwisata.

Ada banyak tempat di Jawa Tengah dan Yogyakarta yang menjadi situs Padusan populer.

Beberapa lokasi yang paling terkenal antara lain Umbul Pajangan, Sendang Klangkapan, dan Sendang Ngepas Lor di Yogyakarta, serta Umbul Manten, Obyek Mata Air Cokro, dan Umbul Ponggok di Klaten.

Baca Juga: Profil dan Biodata Suga BTS, Baru-baru Ini Sumbang 1 Miliar untuk Korban Gempa, Berapa Total Hartanya?

Ribuan orang mengunjungi lokasi ini setiap tahun untuk melakukan Padusan.

Sementara tradisi Padusan tetap menjadi bagian penting dari budaya Jawa, pergeseran dari praktik soliter dan kontemplatif ke aktivitas wisata komunal telah mengubah sifat ritual.

Halaman:

Editor: Dendy Setiawan

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X